Minggu, 05 Juli 2009

KOSA KATA SUROBOYOAN

Beberapa kosa kata khas Suroboyoan:

* "Pongor, Gibeng, Santap, Waso (istilah untuk Pukul atau Hantam);
* "ae" berarti "saja" (bahasa Jawa standar: wae);
* "gak" berarti "tidak" (bahasa Jawa standar: ora);
* "arek" berarti "anak" (bahasa Jawa standar: bocah);
* "mari" berarti "selesai";(bahasa Jawa standar: rampung); acapkali dituturkan sebagai kesatuan dalam pertanyaan "wis mari tah?" yang berarti "sudah selesai kah?" Pengertian ini sangat berbeda dengan "mari" dalam Bahasa Jawa Standar. Selain petutur Dialek Suroboyoan, "mari" berarti "sembuh"
* "mene" berarti "besok" (bahasa Jawa standar: sesuk);
* "maeng" berarti tadi.
* "koen" (diucapkan "kon") berarti "kamu" (bahasa Jawa standar: kowe). Kadangkala sebagai pengganti "koen", kata "awakmu" juga digunakan. Misalnya "awakmu wis mangan ta?" (Kamu sudah makan kah?") Dalam bahasa Jawa standar, awakmu berarti "badanmu" (awak = badan)
* "lading" berarti "pisau" (bahasa Jawa standar: peso);
* "lugur" berarti "jatuh" (bahasa Jawa standar: tiba);
* "dhukur" berarti "tinggi" (bahasa Jawa standar: dhuwur);
* "thithik" berarti "sedikit" (bahasa Jawa standar: sithik);
* "temen" berarti "sangat" (bahasa Jawa standar: banget);
* "pancet" berarti "tetap sama" ((bahasa Jawa standar: tetep);
* "iwak" berarti "lauk" (bahasa Jawa standar: lawuh, "iwak" yang dimaksud disini adalah lauk-pauk pendamping nasi ketika makan, "mangan karo iwak tempe", artinya Makan dengan lauk tempe, dan bukanlah ikan (iwak) yang berbentuk seperti tempe);
* "engkuk" (u diucapkan o) berarti "nanti" (bahasa Jawa standar: mengko);
* "ndhek" berarti "di" (bahasa Jawa standar: "ing" atau "ning"; dalam bahasa Jawa standar, kata "ndhek" digunakan untuk makna "pada waktu tadi", seperti dalam kata "ndhek esuk" (=tadi pagi),"ndhek wingi" (=kemarin));
* "nontok" lebih banyak dipakai daripada "nonton";
* "yok opo" (diucapkan /y@?@p@/) berarti "bagaimana" (bahasa Jawa standar: "piye" atau *"kepiye"; sebenarnya kata "yok opo" berasal dari kata "kaya apa" yang dalam bahasa Jawa standar berarti "seperti apa")
* "peno"/sampeyan (diucapkan pe n@; samp[e]yan dengan huruf e seperti pengucapan kata meja) artinya kamu
* "jancuk" ialah kata kurang ajar yang sering dipakai seperti "fuck" dalam bahasa Inggris; merupakan singkatan dari bentuk pasif "diancuk"; variasi yang lebih kasar ialah "mbokmu goblok"; oleh anak muda sering dipakai sebagai bumbu percakapan marah
* "waras" ialah sembuh dari sakit (dlm bahasa jawa tengah sembuh dari penyakit jiwa)
* "embong" ialah jalan besar / jalan raya
* "nyelang" arinya pinjam sesuatu
* "parek/carek" artinya dekat
* "ndingkik" artinya mengintip
* "semlohe" artinya sexy (khusus untuk perempuan)

"jancuk" dari kata 'dancuk' dan turunan dari 'diancuk' dan turunan dari 'diencuk' yg artinya 'disetubuhi' ('dientot' bahasa betawinya) orang jawa (golongan mataraman) pada umumnya menganggap dialek suroboyoan adalah yang terkasar. tapi sebenarnya itu menujukkan sikap tegas, lugas, dan terus terang. sikap basa basi yang diagung-agungkan wong jawa, tidak berlaku dalam kehidupan arek suroboyo. misalnya dalam berbicara, wong jawa menekankan tdak boleh memandang mata lawan bicara yang lebih tua atau yang dituakan atau pemimpin, karena dianggap tdak sopan. Tapi dalam budaya arek suroboyo,itu tanda bahwa orang tersebut sejatinya pengecut, karena tidak berani memandang mata lawan bicara.

Selain itu, sering pula ada kebiasaan di kalangan penutur dialek Surabaya, dalam mengekspresikan kata 'sangat', mereka menggunakan penekanan pada kata dasarnya tanpa menambahkan kata sangat (bangat atau temen), misalnya "sangat panas" sering diucapkan "puanas", "sangat pedas" diucapkan "puedhes", "sangat enak" diucapkan "suedhep" dsb.

* Hawane puanas (udaranya panas sekali)
* Sambele iku puedhes (sambal itu pedas sekali)

Selain itu. salah satu ciri lain dari bahasa Jawa dialek Surabaya, dalam memberikan perintah menggunakan kata kerja, kata yang bersangkutan direkatkan dengan akhiran -no. Dalam bahasa Jawa standar, biasanya direkatkan akhiran -ke

* "Uripno (Jawa standar: urip-ke) lampune!" (Hidupkan lampunya!)
* "Tukokno (Jawa standar: tukok-ke) kopi sakbungkus!" (Belikan kopi sebungkus!)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar